Jumat, 16 Juli 2010

Teori Psikoanalisa

Berikut merupakan rangkuman teori mengenai teori Psikoanalisa yang bermanfaat bagi para guru untuk mengetahui tahap perkembangan peserta didik, sehingga dapat diambil trik bagaimana memperlakukan sesuai kebutuhannya.

Psikoanalisa merupakan salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud (Pendiri Aliran psikoanalisis) dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Freud  juga memberikan pernyataan bahwa pada awalnya perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya. Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami perkembangan atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai perilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Namun pada akhirnya Freud pun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting seksual saja yang ada di dalam diri manusia, namun disandingkan dengan insting mati (Thanatos). Kedua hal ini yang nantinya membentuk kepribadian dasar manusia. Atau dengan kata lain terbentuknya kepribadian dasar manusia terjadi pada 5-6 tahun pertama dalam kehidupannya.
Dalam mengembangkan pendekatannya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kepribadian manusia, Freud mengajukan suatu anggapan dasar bahwa ada tiga sistem energi yang tumbuh dan berkembang dalam diri setiap manusia. Interaksi dari ketiga sistem itulah yang oleh Freud dianggap paling bertanggung jawab terhadap perkembangan karakter dan moralitas seseorang. Ketiga sistem energi tersebut yaitu :
  1. id
  2. ego
  3. super ego
Ketiga aspek tersebut memiliki fungsi masing-masing, tetapi hubungan ketiganya pun tidak bisa dipisahkan begitu saja karena memiliki pengaruh satu sama lain.
1. id
Id merupakan aspek biologis, di sinilah ego dan super ego berkembang. Id juga memiliki proses primer yang berfungsi untuk meredakan tegangan, yaitu ;
  • tindakan reflek
  • proses primer
Pada proses primer tersebut, tegangan direduksi dengan membentuk bayangan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan. Apabila tegangan tidak dapat direduksi, maka proses sekunder berkembang.
2. ego
Ego merupakan aspek psikologis kepribadian. Ego timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia kenyataan. Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau prinsip realitas serta bereaksi dengan proses sekunder.
Proses sekunder itu adalah dengan berpikir realistis. Selain itu ego juga menyusun rencana untuk pemuasan kebutuhan dan melakukan pengujian rencana tersebut.
3. super ego
Super ego merupakan aspek sosiologis dari kepribadian. Super ego merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional. Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, sehingga dapat disebut pula sebagai aspek moral dari kepribadian.
Fungsi pokok super ego yaitu ;
  • mengurangi impuls-impuls id
  • mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas
  • mengejar kesempurnaan
Hubungan yang sangat erat dari ketiganya adalah bahwa superego berisi dorongan untuk berbuat kebajikan, dorongan untuk mengikuti norma-norma masyarakat. Superego selalu berusaha menekan dorongan -dorongan Id. akibatnya akan selalu terjadi saling tekan antara dorongan Id dan dorongan Superego. Kedua sistem yang saling tekan itu dijaga keseimbangannya oleh ego, sehingga tidak ada satupun yang sangat dominan. Tidak boleh terjadi dorongan dari Id saja yang dimunculkan ke kesadarannya, sebaliknya juga tidak semua dorongan superego saja yang dipenuhi. Ego, menurut Freud adalah menjalankan prinsip kenyataan, yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego dengan kenyataan dengan dunia luar. ego yang lemah tidak mampu menjaga keseimbangan antara superego dan Id. kalau Ego terlalu dikuasai oleh dorongan Id saja, maka orang yang semaunya di sekitar anda, tidak mau tahu dengan etika-etika yang berlaku umum dalam masyarakat, maka barang kali hanya ada kemungkinan, orang itu psikopat atau sedang sakau. Seseorang dimana dorongan Id-Nya dan dorongan Superegonya berada dalam kondisi berimbang, maka orang tersebut memiliki kemampuan berpikir, kemampuan merasa dan berbuat secara normal.
Menurut Freud para orang tua, guru, saudara kandung, dan orang lain yang berada di sekitar kehidupan seseorang sangat menunjang pembentukan superego. Anak-anak dianggap sebagai sosok amoral, sehingga mudah sekali menginternalisasikan baik perintah maupun larangan dari orang yang mampu memerintah atau melarang (termasuk orang tua).
Berkaitan dengan kondisi itu maka dapat dikatakan bahwa tanpa adanya figur-figur orang tua yang pantas untuk ditiru boleh jadi Super ego  tidak akan mengalami perkembangan. Terlebih lagi teori Psikoanalisa mengungkapkan bahwa pertumbuhan anak tanpa diidentifikasi terhadap figur-figur yang memadai bisa dikatakan tidak akan sempurna.
Bertitik tolak pada kebutuhan seorang anak, Freud mengemukakan pentahapan sebagai berikut :
a. Tahap Oral (mulut)
Tahapan ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan.
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
b. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
c. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga merupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
d. Tahap Latency
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
e. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
Kualitas atau bobot energi yang tersedia dalam diri seorang anak untuk memenuhi kebutuhan boleh dikatakan terbatas. Oleh karena itu apabila kebutuhan seseorang anak tidak terpenuhi pada tahap tertentu, sebagian energi psikisnya akan tetap berorientasi ke arah pemenuhan kebutuhan tersebut kendatipun perkembangan biologisnya menuntut mereka melewati tahap perkembangan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar